Selasa, 30 Oktober 2012

Uniqe yang Special Pake telor...

Gue mau nulis tentang seseorang tapi binggung apa yang harus dituangkan tentang Dia. hahahah, kesannya ngak ada yang baik dari dirinya... ngak koq Dia baik sekali dan yang pasti Menginspirasi....

Saras Anindya Nurhafid Terlahir sebagai Anak pertama dari Empat bersaudara, menjadikannya sosok yang berbeda dengan perempuan pada umumnya, dilahirkan di Jakarta Utara (Tanjung Priok) 01 Oktober  1990 ( Uniqe_Special Pake Telor ahahahah). 

Satu hal yang pasti kak Ayank (Sapaan akrabnya) <- Dia Bangga dengan Tanjung Priok,... (apa yang harus di banggain coba??? Gersang, Panas, Pohon aja pada ngunsi makanya sedikit pohon di Jakarta Utara, hahahah)nih Orang Ngak PEKA dan suka Salah Fokus, buktinya nih tulisan bukanya di koment apa gitu. malah dikomen tentang huruf "T" yang seharusnya "D" (ngak penting untuk aku uraikan disini...)

But Over All,Thanks udah baca... Sorry, Maybe One day I can make  Seriously artical about You...
"The relationship between Saras Anindya NurhafiD
with "GALAU" & Wedding"


Hahahahahahaha.... HHAHAHAHAH... hahahaha...


Carita Beach 14/10/2012
Abdul Basith, Ahmad Fathonie, Prasojo, Ayi Juleha, Wery Astuti, Me, Saras Anindya Nurhafid(Si Oknum)
Zakki Mufti, Farhan Saliman

Banyak orang berlomba-lomba terlihat baik,  Mencitrakan diri sebagai pribadi santun nan rupawan,  Figur ideal idaman banyak orang, Penuh kebaikan tak tercela,  Sosok indah yang maha sempurna,  Dan semua ini dilakukan dengan segala cara. tapi pertama kali bertemu Saras Anindya Nurhafid <- Dia malah menampahkan apaadanya Dia tanpa menutupi yang menjadi kerkurangannya dan justru menjadikannya Special diantara yang lain (Ooupss Uniqe bukan Special).

Terus apalagi yah #mikir 
More than words aja untukmu Kak Ayank

Kamu Datang dihidupku dengan wajah datar tanpa makna
Kita tidak pernah menyangka tentang Perjalanan ini, Aku berharap suatu hari tetap akan seperti ini
Seperti Kenangan indah yang aku Ingat tentang-mu
tentang Senyum dan Tawa-Candamu yang lepas

Aku Suka ketika kita berbagi tentang hal yang Special
Aku Suka caramu menunjukan Kepedulian yang sebenarnya
Ini sesuatu yang aku buat untuk kamu lihat
Terima kasih telah membuka Fikiran & Hatimu
Aku akan berusaha untuk membantumu menyembuhkan luka hatimu atau tentang kegalauanmu
menjaga rahasia kecil itu tetap terkunci... 

Terima kasih untuk kepercayaanmu
kamu benar - benar memiliki hati yang indah
Sekarang aku bahagia aku merasa ingin tetap seperti ini...

Maaf yah ngak specila - special banget tulisannya, soalnya Aku tahu yang special cuma Kamu... #GOMBALgembel

Hanya Untukmu, Tolong di Ingat.....

Sesuatu yang sederhana dapat mengubah Hidupmu...
Sesuatu yang sederhana dapat mengubah Jalan Hidupmu...
Itu terletak di hatimu, bukan di Pikiranmu..
Itu sesuatu kebaikan didalam dirimu yang harus kamu cari ...
Jangan lupa siapa dirimu..
jangan lupa bahwa kamu sesungguhnya adalah Bintang yang bersinar!!!



( kurang lebih seperti itulah... artinya... )


By : Cute person...

Don’t Give A Damn!


Orang banyak mau, tapi gak mau tau.
Sok tau sesukanya, seenak-enaknya.
Bicara asal bunyi, berbuat asal bertingkah.
Asal-asalan, Gak peduli orang lain.
Orang lain gak perlu dipikirin, Pikirin diri sendiri.
Asal senang sendiri, asal enak sendiri.
Menang sendirian.
Percuma bicara, Bicara cuma sia-sia.
Tutup telinga, tak masuk kepala.
Kunci hati, tak perlu pakai hati.
Tak perlu ada isi, Karena hati sudah mati.
Mati kutu, Si Kutu Busuk.
Muak, Enggan untuk bertatap muka.
Tak sudi bertukar kata.
Mending buang muka, simpan kata.
Daripada buang-buang kata kepada para tebal muka.
Mending diam...



“Ini Tulisan Serius. Sumpah”


Penulis. Apa sih penulis itu? Orang yang ahli dalam tulis menulis, lengkap dengan segala tata bahasa dan aturan baku kesusastraan yang berlaku. Mampu menyusun sebuah karya tulisan yang indah dan bisa dinikmati siapapun. Ataukah orang-orang yang sekedar bisa menulis? Hanya mengeluarkan isi pikiran lewat kata-kata dalam bentuk tulisan, menghasilkan karya dalam bentuk cerpen, novel, atau buku setebal muka para koruptor, dan lantas sudah layak disebut sebagai penulis.

Apapun terjemahan resmi dari penulis, bukan itu yang mau saya jabarkan disini. Toh saya tidak merasa sebagai penulis, atau pernah ada yang menyebut saya sebagai penulis. Jadi tidaklah cukup layak bagi saya untuk berbicara panjang kali lebar sama dengan luas tentang hal ini. Tapi sebagai manusia biasa yang punya hati, moral, dan etika. Jadi saya rasa wajar bagi saya mempertanyakan sejauh mana hal-hal tersebut berpengaruh bagi seseorang dalam proses menghasilkan sebuah tulisan. Buat sebagian orang, bahasa kerennya adalah “berkarya”. Terserah lah.

Kenapa saya mempertanyakan masalah diatas? Bukan, saya bukan mau menjadi seorang polisi moral atau perpanjangan tangan dari ormas radikal yang mengurusi para penulis yang bandel. Bodo amat kalau soal itu. Saya mempertanyakan dan sekaligus menyayangkan karena faktanya, ada saja -mungkin banyak- karya tulisan yang dibuat tanpa memperhatikan perasaan orang lain. Memang, sebuah tulisan adalah ungkapan rasa si penulis. Tapi, apa itu berarti mereka berhak mematikan rasa yang dimiliki pihak lain yang entah sengaja atau tidak, disinggung oleh mereka dalam karyanya tersebut? Mungkin berhak, kalau Tuhan adalah sang penulisnya. Tapi kalau hanya manusia? Satu kata: berkaca!

Saya rasa, tidak ada manusia normal yang mau disakiti. Dan itu yang saya lakukan selama ini. Untuk tidak disakiti orang lain, saya menghindari untuk menyakiti siapapun terlebih dahulu. Dalam bentuk apapun. Tapi rupanya, tidak semua manusia berpikiran seperti itu. Entah atas dasar apa, seenaknya mereka sendiri menilai, menyinggung, dan bahkan menjatuhkan pihak lain lewat tulisannya. Mungkin mereka akan dengan mudah beralasan: kebebasan berekspresi. Alasan klise. Dari sebuah kesalahkaprahan. Atau mungkin sebuah perwujudan egoisme tingkat mbahnya Dewa.

Sekali lagi, terserah lah. Saya tidak mungkin mengubah apapun dan siapapun melalui tulisan ini. Saya sekedar beropini belaka. Dan kalaupun buat mereka-mereka ini, kejujuran berarti mendewakan kebebasan tak berbatas, mengangkangi hak dan perasaan orang lain demi orgasme egoisme mereka pribadi. Biarkan lah demikian.


Just To Know


Kalau memang pintar, harusnya cukup pintar untuk tau kapan bicara dan kapan diam.
Apa isi bicaranya dan bukan asal bicara hanya karena ingin bicara supaya dibilang pintar.
Kalau memang paham, harusnya cukup paham akan makna.
Paham maksud dan tujuan suatu pernyataan.
Bukan melawan dengan pernyataan lain tanpa pemahaman hanya untuk dibilang pintar.
Kalau memang hebat, harusnya cukup hebat untuk tau kesalahan.
Sadar kalau salah dan menerima kekeliruan.
Menerima kekalahan dan bukan merasa selalu benar karena ingin diakui pintar.

Gelar tidak menjamin Pikiran selaras dengan banyak'nya TITEL yang di dapat.

Pintar? Tidak.